terkadang rumah itu sepi
termasuk kita didalamnya
mengucap syukur sesering itu
demi terjadi hal-hal yang terbaik
berharap doa baik akan berbalik baik
tapi tak sadar kalau doa saja tak cukup
perlu usaha dan kerja keras
atau terkadang rumah itu berisik
semua bersorak hendak dimenangkan
yang lainnya berteriak dalam hati
sampai kapan ini akan berakhir
sudah jauh melangkah
tetapi memilih pulang, tak diindahkan
hendakkah kita melangkah mundur?
aku, mungkin saja iya
sering rumah itu membosankan
hari demi hari begitu saja
padahal kita yang tidak tau hakikat hidup adalah sementara
bahwa kita lupa mungkin hari esok sudah tidak ada
khilaf bahwa ibu akan pergi
atau malah kita yang berlari duluan
tak perlu jauh berlari
mungkin yang pada akhirnya kita sebut rumah adalah seseorang
yang terlihat atau tidak, kita merasa ada, dihargai
merasa baik jika bersamanya
merasa hilang jika jauh darinya
bukan, ini bukan sajak jatuh cinta
rumah kita adalah ibu kita sendiri
wanita yang rela membiarkan 9 bulannya tersiksa
demi menampung kita hidup di rumahnya sendiri
jadi, masih mau menyia-nyiakan rumahmu?
baiklah, tak apa
kalau memang esok masih ada
kalau tidak, lalu kau bisa apa
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah meluangkan waktu kamu untuk membaca. Tolong jangan komentar dengan link aktif ya! :))