Membandingkan diri
sendiri dengan orang lain, wajar nggak sih? Atau kita emang merasa susah
percaya sama orang lain? Luka di masa lalu? Mungkin kita kena yang namanya
Trust issue! Bawaannya negative thinking terus, padahal ini tuh defense mechanism yang bisa kita kelola sendiri.
Beberapa waktu
yang lalu, jauh sebelum kedatangan media social manusia ringkih melihat orang
lain yang lebih sukses, hal itu terlihat ketika berpapasan secara langsung,
mendengarkan bagaimana ia berbicara, berdasarkan cerita orang lain, dsb. Ini
nggak jauh beda dengan tetangga rempok, ibu-ibu komplek dan haters dengan kejulid-annya
zaman sekarang. Padahal ya, itu kan aib, kenapa disebarluaskan? Kalau kita di
keadaan yang di-julid-in gimana?
Sebenarnya banyak
hal yang bikin kita jadi seseorang yang trust issue. Mulai dari mikirnya negative
terus, nggak pernah percaya sama orang lain, selalu ngrasa sendirian, dan
curigaan sama orang lain. Nah, gimana nih baiknya? Overcoming trust issues is not as
easy as it seems. Nggak mudah emang percaya gitu aja sama orang lain, tapi nggak salah
perlahan-lahan kita coba untuk meluaskan hati kita, menerima keadaan orang
lain, tanpa ada kecemasan di dalam hati kita. Nggak heran kalau trust issue ini
sering nyambung ke relationship yang lagi di jalanin. Pasangan ngrasa nggak
percaya, jatuhnya yaaa malah iri ke temen pasangan. Why oh whyyyyy?!
Tak sadar hal ini
bikin kita berada di dua keadaan.
Pertama,
baik jika kita jadi terpacu untuk menjadi seperti orang tersebut, menjadi lebih
baik, lebih pintar, lebih sholeh. Negatifnya? Kedua, kita memiliki rasa iri dan dengki di hati. Bahkan ada yang
sampai ‘ain, naudzubillah. Hal ini disebabkan apa? Kurangnya iman kita ketika
menghadapi masalah. Kembali lagi, apa tujuan kita hidup di dunia? Harta? Tahta?
Jabatan? Atau mengharapkan ridha Allah semata? trust is the key to
maintain a good, long term relationship. Jadi kalau sekiranya doi
nggak layak yaaa, tinggalin aja.
Penyakit suka
membandingkan diri sendiri dengan orang lain tidak terlepas jika diri kita
dijadikan sebuah penilaian oleh seseorang ya. Misalnya, ada seseorang yang
berteman baik dengan kita, lalu muncul lagi teman baiknya yang lain. Nah, teman
baik yang baru ini berusaha semaksimal mungkin agar mereka berteman baik sampai
kapanpun, bagaimana caranya? Salah satunya adalah dengan bertanya dengan teman
baiknya, bukan? Hal apa yang dia sukai, apa yang dia tidak suka, dia akan sedih
dan kecewa ketika bagaimana, bagaimana kehidupannya dahulu, kebiasaannya, dsb.
Banyak factor yang
menyebabkan mengapa seseorang begitu kepo hingga iri kepada orang lain. Di sini
aku akan ngjelasin beberapa yang pernah aku alamin sendiri. Terutama dari orang
yang pernah ngkepoin dan aku kepoin, yihiii, check this out!
- Membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Semua sifat dan sikap dipertanyakan. Mulai dari, ini cewek dulu kenal dimana sih sama doi? Lebih cakep sih hmmm tapi apakah dia lebih baik dari aku? Kuliah dimana sih doi? Kenapa masih keep contact? Apakah mereka selalu ketemu kalau doi kunjungan ke luar kota? Ketika kamu sudah berkomitmen dengan seseorang, ketahuilah: And giving people space is the best way to maintain a healthy relationship, iya atau nggak? People come and go, jadi jangan terlalu posesif gitu ah.
- Ingin menjadi yang terbaik sehingga merasa lebih baik dari orang lain. Bahkan merasa harus lebih baik dari si ini nih. Nah, secara nggak sadar dulu juga aku pernah di keadaan merendahkan orang lain demi meninggikan diri sendiri. Astaghfirullah. Ternyata itu nggak baik. Toh, buat apa sih kita ingin terlihat lebih di mata orang lain? Di mata Allah sajalah cukup. Bahkan sampe nyari-nyari celah doi kurangnya apa, ih aku aja gini, masa dia gitu, dsb.
- Stalking terus. Untuk yang sedang dilanda galau dan kekepoan tingkat tinggi, ini adalah kegiatan yang sangat menghabiskan waktu. Walaupun yang distalking kadang sadar loh dengan tindakan kita seperti kucing yang malu-malu tapi mau, padahal kalau diajak kenalan baik-baik juga ya enggak masalah kan ya. Parahnya sampe status yang pertama kali diupload juga di check, bahkan komentarnya diperiksain satu-satu, ya ampun aku nggak begitu banget sih wkwkwk nggak jarang stalking ini nyerempet ke gossip dan hoax. Padahal apa gunanya sih buat kita?
- Cemburu? Iya, jelas kita cemburu kepada orang yang kita rasa lebih baik dari kita. Boleh? Ya kalau untuk kebaikan tidak mengapa, tetapi kalau doi enggak ada salah juga, ngapain kamu cemburu sama dia? Masa lalu yaaa tinggal masa lalu kok hehe accept it, just accept that our past relationship is over darling~
- Penasaran. Hal ini menyebabkan kamu seperti anak-anak, istilahnya childish nggak salah sih tapi kok.. lama-lama buang waktu, bukan urusan kita kan dia mau posting apaan, temen juga kagak, dan emang dia peduli? Dia cuekin kamu kok. Jadi ngapain lagi hehe. Please lah keep yourself busy! Banyak hal yang bisa dilakukan, baca Quran, buku, rencanakan masa depan, menulis, banyak banget.
Confident woman don’t hate. Mau kamu
distalking atau ngstalking, please yaaa jangan pake hate. This is not
competition, ntar sirik lama-lama jadiii numpuk loh dosa ini. Be kind aja ya,
speak out kalau kamu memang merasa terganggu dengan orang yang mungkin
ngstalking kamu. Cuma tetep ada sopan santunnya ya, jangan jol marah-marah
hehe. Karena dari semua efek diatas akan menyebabkan kita capek sendiri. Ibaratnya
yang kita lakuin salah terus, dan yang dilakuin orang lain bener mulu. Cobalah untuk
merenung, bersyukur, dan ketahuilah tiap orang punya masanya masing-masing.
Have a great weekend!
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah meluangkan waktu kamu untuk membaca. Tolong jangan komentar dengan link aktif ya! :))